Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
|
||||||||||||||
Jamur tiram
|
||||||||||||||
Status
konservasi: Aman
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Pleurotus
ostreatus
Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872 |
Jamur tiram di
permukaan batang kayu.
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota
dan termasuk kelas Homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian
tengah agak cekung.[1]
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus
eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.[2]
Daftar isi
- 1 Karakteristik
- 2 Siklus hidup
- 3 Syarat pertumbuhan
- 4 Kandungan gizi
- 5 Manfaat
- 6 Budidaya
- 7 Lihat pula
- 8 Referensi
- 9 Pranala luar
Karakteristik
Tubuh buah jamur tiram memiliki
tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa
Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus)
sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2]
Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat,
hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi
tudung mulus sedikit berlekuk.[1]
Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk
batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa
tumbuh dengan cepat.[1]
Di alam bebas, jamur tiram bisa
dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[3]
Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah
melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah
salah satu jenis jamur kayu.[3]
Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4]
Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu
yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.[4]
Siklus hidup
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus
ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni
secara aseksual maupun seksual.[5]
Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara
umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau
sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam
konidium. [6]
Sedangkan secara seksual,
reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai
gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia
dewasa.[6]
Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak
pada kantung basidium.[6]
Mula-mula basidiospora
bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan
inti haploid.[6] Miselium terus
bertumbuh hingga hifa
pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga
terjadi plasmogami
membentuk hifa dikaryotik.[7]
Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara
10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka
tubuh buah akan terbentuk.[8]
Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada
basidium.[7]
Nukleus haploid hasil meiosis
kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.[7]
Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang
jumlahnya banyak (lamela).[6]
Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.[6]
Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan
dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum
satu nukleus).[6] Kemudian
hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna
putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa
(kumpulan hifa dikarion).[6]
Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami,
kariogami, dan meiosis hingga
membentuk bakal jamur.[6]
Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali
menjadi bibit induk.[6]
Syarat
pertumbuhan
Dalam menggunakan media
pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah
dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang
merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu
jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.[4]
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media
tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang
digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.[4]
Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar
airnya.[4]
Kadar air diatur
60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan
menyerap makanan dari media tanam dengan baik.[4]
Habitat alami
jamur tiram
Secara alami, jamur tiram Pleurotus
ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.[4]
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung
miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan
cahaya matahari berlimpah.[4]
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar.[4]
Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya
ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah
memerlukan adanya rangsangan sinar.[4]
Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh,
oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus
mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.[4]
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang
peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.[4]
Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam
dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28
OC dengan kelembapan 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah
memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.[4]
Tingkat keasaman media juga
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.[4] Apabila
pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.[4]
bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur
tiram itu sendiri.[4]
Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur
(Calsium carbonat).[4]
Kondisi di atas lebih mudah
dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1]
Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim
ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.[4]
Kandungan gizi
Berdasarkan penelitian Sunan
Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn,
jamur tiram mengandung protein, air, kalori,
karbohidrat,
dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1,
vitamin B2,
dan vitamin
C.[9]
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi,
kaya vitamin
dan mineral,
rendah karbohidrat,
lemak dan kalori.[10]
Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium,
karbohidrat, dan protein.[10]
Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.[10]
Komposisi dan kandungan nutrisi
setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6
persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin,
77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium.[10][11]
Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak
tak jenuh.[10]
Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.[10]
Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku
diet.[12][10]
Kandungan gizi jamur tiram
menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.[10]
Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah.[10]
Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika
dihitung berat kering.[10]
Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.[10]
Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.[10]
Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino
yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.[10]
72%
Lemak dalam jamur tiram adalah
asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan
kolesterol (hiperkolesterol) maupun
gangguan metabolisme lipid lainnya.[10]
28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur
tiram diduga menimbulkan rasa enak.[10]
Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2
(riboflavin),
niasin dan
provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi.[10]
Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium.[10]
Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.[10]
Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K
mencapai 45%.[10]
Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah,
sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[10]
Manfaat
Jamur tiram
sebagai bahan makanan
Jamur tiram juga memiliki
berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol,
sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan
enzim oksidasi.[8]
Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda[3]
Jamur tiram ini memiliki manfaat
kesehatan diantaranya, dapat mengurangi kolesterol
dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur ini juga dipercaya
mempunyai khasiat obat
untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia.[13][10]
Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan
kadar kolesterol.[13][10]
Di samping itu, jamur tiram juga
dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan
membantu pencernaan.[10]
Jamur tiram ini mengandung senyawa pleuran yang berkhasiat sebagai
antitumor, menurunkan kolesterol, serta bertindak sebagai antioksidan.[10]
Adanya polisakarida,
khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai efek positif sebagai
antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS), melawan
kolesterol, antijamur, antibakteri, dan dapat meningkatkan sistem imun.[10][13]
Pada jamur tiram, produk ini disebut sebagai plovastin yang di pasaran
dikenal sebagai suplemen penurun kolesterol (komponen aktifnya statin yang baik
untuk menghambat metabolisme kolesterol di dalam tubuh manusia).[11][13]
Dilihat dari kandungan gizi yang
terdapat dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi.[10]
Adanya serat yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan.[10]
USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian
pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu
akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan
dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram.[14]
Sehingga mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol
pada penderita hiperkolesterol.[14][15]
Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan
yang dapat mencegah timbulnya tumor.[10]
Budidaya
Di alam bebas, jamur tiram bisa
dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[5]
Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah
melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah
salah satu jenis jamur kayu.[4]
Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[5]
Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk
gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.[5]
Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor
ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam
dan sumber bibit.[5]
Miselium dan
tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C.[4]
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900.
Budidaya jamur ini tergolong sederhana.[5]
Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang
dikemas dalam kantung plastik.[4]
Media tanam dan
komposisi
Media tanam Pleurotus
ostreatus yang digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10%
dan kapur 1%.[16]
Fungsi dari jerami
adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur.[16]
Jerami mengandung lignin,
selulosa, karbohidrat,
dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian
dapat digunakan untuk sintesis protein.[16]
Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi
pertunbuhan jamur.[16]
Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus
ostreatus.[16]
Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama
sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.[16]
Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur.[5]
Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.[16]
Media lain
Selain jerami, media lain yang
dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media
limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah
padi, dan lain sebagainya.[12]
Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media serbuk gergaji dan
merang.[12]
Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk
gergaji dan merang memang lebih tinggi.[12]
Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan
adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek
yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur,
1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi
oleh jamur (pH 6,8 –
7,0).[12]
Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur
agar tidak mudah rontok.[12]
0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir 0.25%
pupuk TS sebagai nutrisi.[12][1]
Metode budidaya
Budi daya jamur tiram menggunakan
substrat jerami dengan tahapan sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan
dengan memotong jerami menjadi berukuran 1-2 cm.[5]
Rendam jeraminya selama semalaman.[5]
Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1%
sebagai zat hara pertumbuhan jamur.[5]
Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik
yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian.[5]
Baru kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca).[5]
Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon dan
dibagian tengah media subtrat diberi lubang dan ditancapkan tips.[5]
Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan kertas
dan diikat dengan karet.[5]
Media tersebut disterilisasi pada
121˚C selama 20 menit di dalam autoklaf untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang
tumbuh yang mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur.[5]
Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di
tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.[5]
Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji
sorgum pada
botol (aseptis).[5]
Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.[5]
Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh
miselium.[5]
Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan terbuka.[5]
Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi sekitar
lembap dan mendukung pertumbuhannya.[5]
Tubuh buah jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembap dalam
waktu sekitar 1 bulan lebih.[5]
Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya
setiap minggu.[5]
Lihat pula
Referensi
1.
^ a
b
c
d
e
Parlindungan, A. K. 2000. Pengaruh konsentrasi urea dan TSP di dalam air
rendaman baglog alang- alang terhadap pertumbuhan dan produksi jamur Tiram
Putih (Pleurotusostreatus). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dosen
UNRI.Pekanbaru, September 2000.
2.
^ a
b
(Inggris) Volk TJ. 1998.
This month's fungus is Pleurotus ostreatus, the Oyster mushroom. [terhubung
berkala] http://botit.botany.wisc.edu/toms_fungi/oct98.html
[30 Mei 2009].
3.
^ a
b
c
(Inggris) Kuo M. 2005.
Pleurotus ostreatus: The oyster mushroom. [terhubung berkala] http://www.mushroomexpert.com/pleurotus_ostreatus.html
[3 Mar 2009].
4.
^ a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.
3-19.
5.
^ a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
Gunawan AW, Agustina TW. 2009. Biologi dan bioteknologi cendawan dalam praktik.
Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Hal. 77-83.
7.
^ a
b
c
(Inggris)[OECD]. 2006.
Safety Assessment of Transgenic Organisms. OECD Publishing: Australia.
Hal.57-69
8.
^ a
b
Widiastui H, Panji T. 2008. Pola aktivitas enzim ligninolitik Pleurotus
ostreatus pada limbah sludge pabrik kertas. Menara Perkebunan 76(1):
47-60.
9.
^ (Inggris) Eger G, Eden G, Wissig E.
1976.Pleurotus ostreatus — breeding potential of a new cultivated mushroom. Theoretical
and Applied Genetics 47: 155-163.
10. ^ a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
aa
ab
Sumarmi. 2006. Botani dan tinjauan gizi jamur tiram putih. Jurnal Inovasi
Pertanian 4(2):124-130.
11. ^ a
b
Pradnyamitha. 2008. Jamur tiram makanan para dewa. [terhubung berkala]. http://bayivegetarian.com/?tag=jamur-tiram
[15 Jun 2009].
13. ^ a
b
c
d
(Inggris) Khatun K,
Mahtab H, Khanam PA, Sayeed MA, Khan KA. 2007. Oyster mushroom reduced blood
glucose and cholesterol in diabetic subjects. Mymensingh Med J 16 (1):
94–9.
14. ^ a
b
(Inggris) Hossain S,
Hashimoto M, Choudhury EK, et al. 2003. Dietary mushroom (Pleurotus ostreatus)
ameliorates atherogenic lipid in hypercholesterolaemic rats. Clin. Exp.
Pharmacol. Physiol. 30 (7): 470–5.
15. ^ (Inggris) Bobek P, Ozdin L, Kuniak L.
1994. Mechanism of hypocholesterolemic effect of oyster mushroom (Pleurotus
ostreatus) in rats: reduction of cholesterol absorption and increase of plasma
cholesterol removal. Z Ernahrungswiss 33 (1): 44–50.
16. ^ a
b
c
d
e
f
g
Winarni R, Rahayu U. 2002. Pengaruh formulasi media tanam dengan bahan dasar
sebuk gergaji terhadap produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
[terhubung berkala]. http://pustaka.ut.ac.id/puslata/pdf/70032.pdf
[17 Juni 2009].
Jual Log Jamur : 1 Log Jamur Rp. 2.500,-
Jual Jamur : Rp. 12.000,-